Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2011

BUNGA YANG TERPETIK

tetes peluh, tetes darah sematkan janji pada langkah tertancap jauh sesalkan cara air mata yang teralir hadirkan mimpi yang kelam janji yang terucap tak mampu tenangkan lara pun ciptakan damai nanti, ketika regam jari tak lagi kosong lihatlah hadir ku bergerombong sunggingkan senyum nyalakan lorong lorong

BERTARUNG DENGAN BUNTU DEMI SEMU YANG BEKU DI DIDIRIKU

Detik terus berdetak, jenjangkan antara aku dan waktu. Lalu aku yang beku dalam keterasingan masih terlena di kesendirian. Tak jelang walau larut. Semua langkah yang ku jejal hanya demi buntu. Langkah lunglai masih menuju sebuah kepastian semu. Buntu. Kesia-siaan, tak ada yang sia-sia demi buntu ku. Waktu yang ku percumakan telah bertudung dalam semu ku. Maka lihatlah jejakku. Buat apa menggerutu dan menyalahkan sekitar, dera yang tak bersela hanya tujuan. Serba tertangkup, serba tertutup. Lalu menyerah pada buntu. Aku telah melangkah dan menggerakkan hatiku. Namun semua hanya berakhir pada keterasingan. Situasi yang ku cipta demi menemukan pertanyaan dari jawaban yang telah kurangkai. Jawaban yang hadir di keberadaan dan hadirku. Maka bacalah nafasku. Tak perlu bertanya lagi. Segenap relung yang menatap hanya pupus. Liang belulang hanya mengikuti jejak napas yang sengau. Parau meratapi kehidupan tak lagi ada. Pasrah, lalu membatu dalam beku. Ku urung niat tuk bertarung agar tanggu

JEDA DEMI JERA

senja hanya berkutat tak hanyut lalu reda walau sejenak meski berat