Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

BUNGA YANG TERPETIK

tetes peluh, tetes darah sematkan janji pada langkah tertancap jauh sesalkan cara air mata yang teralir hadirkan mimpi yang kelam janji yang terucap tak mampu tenangkan lara pun ciptakan damai nanti, ketika regam jari tak lagi kosong lihatlah hadir ku bergerombong sunggingkan senyum nyalakan lorong lorong

SIUNG, 21 DESEMBER 2010

kita membelah jalan bersama menaklukkan mata yang memicing lalu berteriak nyaring lantangkan kebersamaan jelaga pada titik bumi itu kita siram dengan tawa tebing tinggi itu kita pijak bersama bersama kalian, ku mampu berdiri tegak aku sanggup menampar dunia bersama kalian, hanya bila bersama kalian hanya bila kita bersama *dedicated for hmjti stmik amikom yogyakarta

MERAPI

I. luluh lantak, itu yang terdetak ketika kabar menyeruak menceracau di segala media leburkan aku yang tak menduga II. ia telah pergi ia bersimpuh pada sang Khalik menepati janji setianya III. lagi, lagi, dan lagi dentuman, kepanikan semua menjadi teror aroma pagi tak lagi lega IV. merapi, kau dan segala pesona tentang keanggunan mu telah berhasil menggugah kami, redalah, reda biarkan kami pulang

BUKAN BALADA NEGRI

bangunlah saudaraku, bangun kau telah terlelap kian lama kau, aku, kita semua telah terlena cukup lama pada bumi yang asri pada alam yang rindang pada pertiwi yang manja derita di kemarin, di hari ini, atau bahkan mungkin di esok adalah derita bangsa kita tak harus terus meringkuk di dalam tenda kita tak mesti menunggu bantuan itu tiba kita tak perlu mendengar bela sungkawa dari para pencari muka kita masih bisa berjejak pada kaki kita maka bangunlah saudaraku, bangunlah bangunlah diri agar tegar tak melulu ringkih pada bencana bangunlah seka semua air mata itu sekarang ini saatnya bertindak

AFTER THE POINT OF NO RETURN

titik itu telah terlewati tak mungkin tuk kembali segala kesalahan telah terjadi tak mungkin untuk menyesali diri kini telah mati buntu tak ada keringanan mustahil tuk lari mati geram pada diri tak ada jalan diri hanya bisa membatu

SECARIK PUISI SECANGKIR KOPI

segala terlihat begitu hitam, ketika secangkir kepahitan terhidang di hadapan dengan sedikit buih mengapung lambangkan kegamangan yang terjadi saat itu perlahan, panas melarutkan gula menyibukkan hati yang larut hingga lupa bahagia hmm,aroma kopi ini sungguh nikmat menyekat hingga berat ku kecup cangkir itu lalu menyeruput agar lega ahh, kopi ini mencairkan beku otakku

MEMENDAM MARAH

beku hati yang penuh amarah tak harusnya diperkosa agar segala rasa yang terpendam tak meledak hingga geram biarlah ia redam walau oleh masa

MELEPAS KALIAN

segala telah ku tuang mulai dari hati hingga pikir rasa ini, telah menempati satu ruang ketika beban ini justru memberiku cerita yang takkan usang langkah tertatih yang dulu kupilih kini tak lagi ku emban telah tiba saatnya bagi kalian untuk memikul dan berlari berlari sambil merapatkan barisan berlari sambil meninggikan nama berlari sambil menoreh citra ini adalah masa kalian tak ada lagi aku dalam kalian hanya ada kalian

KEMARIN, DI HARI INI

kemarin di suatu hari di waktu yang kemarin kau membawaku kesini mengenalkan ku pada dunia tentang kenyataan kemarin, kemarin yang hari ini kau bentuk diriku hingga seperti yang kini... kemarin, di dua puluh enam tahun yang lalu kau tempuh rasa sakit hanya demi membuatku hadir kini di hari ini aku masih belum mampu membalas tiap letihmu letih yang tak pernah kau sebut walau lirih hingga kini aku masih belum mampu membalas tiap peluhmu hanya lewat doa hanya itu hadiahku untukmu hanya doa andai ku bisa melakukan sesuatu yang lebih.. demi menebus rasa sakit mu di kemarin yang hari ini...