Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2009

BUNGA YANG TERPETIK

tetes peluh, tetes darah sematkan janji pada langkah tertancap jauh sesalkan cara air mata yang teralir hadirkan mimpi yang kelam janji yang terucap tak mampu tenangkan lara pun ciptakan damai nanti, ketika regam jari tak lagi kosong lihatlah hadir ku bergerombong sunggingkan senyum nyalakan lorong lorong

RSCC

Satu harapku kini telah ku gapai Setelah lelah bertarung Melawan ego dan angkuhku Semoga kelak, ini akan seindah nada dawai Kini sepiku terobati Bersama sosok berpribadi Kuharap ia akan terus terpatri RSCC, 130109

RENCANA

Derit terompet, sorakan ramai Hempaskan kelu ku yang kian membatu Jelmakan malam menjadi sebuah keriangan Di bumi batik yang riuh Riuh, gaduh malam ini Seakan masih baru kemarin Ketika ku menancapkan teguh ku Hingga yakinku Di waktu yang kini, Aku begitu terhanyut Hingga bias melucuti khilafku Diwaktu yang kini, Aku harus berpijak

Perjuangan

Derap waktu kian lekat Memaksaku tuk berlari Mengejar tiap langkah yang tergesa Meninggalkan aku dalam larut Guratan di masa lalu Kujadikan cermin di esok Agar tak hanya menjadi wacana lugu Aku tak terjebak Karenanya ku kan menerobos Ku tak terlena Karenanya ku harus bergegas

Langkah

Kutelah menampung beban di pundakku Yang semoga, takkan sesali Dan di sepanjang perjalanan ku nanti Ku butuh pegangan memandu Agar rencana tak hanya jadi mimpi Telah kutentukan langkahku Demi sebuah awal yang kutuju Semoga, di setegas langkahku nanti Tak ada angkuh meninggi Atau ego melulu Jogja, November 2008

LOLONGAN ANJING PILU

Benci cinta, cinta dendam Benci hidup, cinta mati Bosan hidup, ingin mati Sekitar menjadi jauh Buat hati ingin lari Hati menangis orang tertawa Buat hati dendam pada semua Cinta benci, dendam cinta Hidup tak berarti, berarti tak hidup Lebih baik tak usah hidup Sekitar menertawakan tangisku Sekitar menciptakan pengap Dituduh, tertuduh Pasti ada penuduh Disangka, tersangka Pasti ada perkara Dituduh, dituding Pasti berakhir petaka 1997-1998

BANGKAI BUMIKU

Tak lama lagi bumi akan berlubang Akibat peledak ciptaan manusia Timah panas yang berdesing Serta tangan-tangan kelaparan yang mengais Jelajahi perut bumi demi perutnya Tak lama lagi perut bumi akan sesak Dipenuhi bangkai manusia Korban kezaliman perang, Mati kelaparan, Atau tertembus peluru Tak lama lagi, Sungai dan lautan akan begitu menjijikkan Beraroma darah dan nanah Mayat-mayat terpaung mengambang Tak lama lagi, bumi akan hancur Ulah manusia yang haus kekuasaan Dunia akan sangat berdarah Saat nyawa tak lagi berharga Mungkin saat itulah Tuhan akan menghukum kita Dengan kuasa-Nya Juni 1999

BUNUH DIRI

Orang bilang, “manusia adalah penyebab kehancuran dunia” Padahal mereka juga manusia Dan aku termasuk di dalamnya

AKU (II)

Aku adalah sampah Binatang hina penuh noda Tak mengerti tata norma Bergelimang dosa Hingga serapah sekalipun, tak menebus hitamku Aku tuli pada perasaan orang Buta pada tangisan sahabat Lumpuh saat memapah Aku adalah seekor anjing jalanan Dengan tatap sendu kemunafikan Kuwujudkan semua hayalku

PREDICTED, EARLY

Aku tahu yang akan terjadi Tapi kebodohan menuntunku dengan setia Hingga aku terikat, erat Aku butuh hukuman Yang akan menjerakan otak kacauku Serasa membludak, sesakkan dada Lalu aku hanya tersenyum getir

SAJAK PENUTUP

Setiap awal pasti berakhir Perjumpaan pasti berujung perpisahan Dan di setiap hati Tersimpan kisah tersendiri Manis dan getir Senyum saat ini, canda keriangan ini Akan berbekas di esok Ketika setiap langkah, menapak mendaki waktu Takkan ada yang mampu menangkap esok Hanya kekuatan hati Yang mampu mengawetkan kenangan ini Lalu seiring gagahnya langkah waktu Satu persatu kenangan luruh runtuh Dan kelak, kerinduan akan kembali Pada hari ini, hari yang telah lalu