Postingan

Menampilkan postingan dari 2009

BUNGA YANG TERPETIK

tetes peluh, tetes darah sematkan janji pada langkah tertancap jauh sesalkan cara air mata yang teralir hadirkan mimpi yang kelam janji yang terucap tak mampu tenangkan lara pun ciptakan damai nanti, ketika regam jari tak lagi kosong lihatlah hadir ku bergerombong sunggingkan senyum nyalakan lorong lorong

SENANDUNG PANTAI CEMARA

kuhirup udara segar kerinduan bersama dengan iringan kesejukan debur ombak, buih putih berlomba mengiring sepi kepiting-kepiting kecil hatiku barmain, menggodaku menggapainya sayang, mentari masih bersembunyi di balik awan hanya pasir pantai yang menguning sekuning temaramnya hatiku aku rindu pada cinta

SETAJAM RUMPUT ILALANG

hanya senyum getir yang bisa kuukir saat sadar kau jauh dariku segerah musafir di padang pasir ku haus akan senyuman cintamu sehijau rimbun daun ku ingin berteduh dalam sejuk sayangmu setajam rumput ilalang kata-katamu mengoyak hatiku tapi, ada kebenaran disana

KISAH SI LILIN

perlahan ia meleleh melebur habis tubuh lunaknya tak pudarkan cahaya temaram ia terus menyinariku walau tak kenal siapa diriku ia korbankan dirinya walau tahu, ia akan mati gerakan gemulai si api kecil terus menerangiku temani jiwaku yang mati

NYANYIAN PENGUNGSI

berhimpitan, berdesakan tidur beralas plastik beratap terpal berbaur bersama penyakit mengapa mesti kami yang jadi korban meninggalkan tanah moyang kami mengapa kampung kami berkepul asap membakar angan, citacita dan harap milik kami, anak cucu kami hentikanlah kekerasan hati kalian siramkan sejuknya kedamaian hembuskan hangat napas cinta kami rindu rumah, kami mendambakan kedamaian

DINGINNYA KAMU

muncul pertanyaan baru untukku saat kau kembali mengisi jiwaku menimba getir tiap isi hatiku kau yang kini, masih seperti dulu bergerak bebas kemana kau suka lakumu layaknya yang kau mau kadang kumerasa kau mengerti aku namun kadang kau menjauh dapatkah aku merangkulmu

...

Ketika tragedi silih berganti menghampiri, saling tumpah tindih. Kesal, amarah, berkecamuk tak menentu, dan akhirnya meluap tak terarah. Dan pada ketika itu juga rasa curiga timbul mencari kambing hitam, akar segala permasalahan. Dalam waktu yang bersamaan pula, kau merasa segala yang terjadi adalah skenario mereka-mereka yang menjadi musuh dalam selimut. Ketika tragedi terjadi akibat dari sebuah skenario, kau merasa menjalani dunia hampa penuh rintangan sendirian. Mengepal genggaman tangan, kibarkan api dendam pada semua yang ada disekitarmu. Bahwa dunia adalah musuhmu, bahwa kesendirian dan kesepian adalah temanmu. Ketika mereka menertawakan tragedi yang menimpamu, secara tak kuasa kau tersenyum pahit, memaksakan kebesaran hati. Mereka belum merasakan pahitnya tragedi.Sesuatu itu akan menjadi tragedi bagi yang dekat, dan komedi bagi yang jauh. Ketika itulah orang yang menertawakan tragedimu, atau berpura-pura menangisi tragedimu adalah musuhmu. Bahwa kesendiria

LADANG CINTA

kau menebar cinta di hatiku sebegitu indahnya hingga ku melayang kau ciptakan warna didiriku yang sejatinya remang dalam larutku, sesekali ku terhenyak pada kenyataan bahwa ketakutanku akan kehilangan dalam riangku, sesekali ku terdiam menyadari kekelaman yang mungkin datang namun dalam sedihku, ku tersenyum memeluk kebahagian yang kau siram

SAAT YANG TEPAT

ku kian terlena pada keriangan yang kuyakin, hanya sementara dan ku larut dan terlupa di tiap detik yang kulalui sesungguhnya ku telah menyiakan segala mulai dari kesempatan hingga lompatan sedang aku masih terlena dalam benakku, ku masih menunggu saat yang tepat waktu yang tepat tempat yang tepat padahal ini hanyalah kemalasan yang membelenggu

luruh

lantunan irama kian mengiringiku dalam tiap bait dalam tiap lirik syahdu melambungkan aku pada indahnya cinta dekapan hangat kian mengukir senyumku bersama senyum bersama cinta luruhkan angkuh ku wahai, janganlah ini hanya sementara abadikanlah rasa ini hingga ku lupa akan perih hingga ku jera pada dera wahai, jadikanlah ini selamanya bunuh semua rasa sedih agar ku terlena akan cinta agar ku paham arti cinta wahai, jangan ada kecewa disaat yg nanti for : cerryz_pink

LEMAHKU

ku telah menduganya namun tak dapat kucegah ku tak mampu perkataan menciptakan pernyataan pernyataan menciptakan pertanyaan namun, tak ada pembenaran sungguh, ketakmampuanku membuatku layu keterpurukanku membunuh jiwaku lalu, menyisakan aku dalam kata tanpa ambigu

DALAM HENING

berdiri menatap jauh kisikisi pada layu garis bumi di selatan bumi terpaku pada gelap dini dalam gemercik pantai yang berhamburan puntung rokok botolbotol minuman dan karet pengaman masih termenung menunggu pagi menyenyakkan diri pada hening yang jemu sejenak, pagi datang membawa redup yang lusuh bersama riuh bukan yang sehangat biasanya lalu romantisme diri itu beranjak hilang

BOCAH BOCAH

bocahbocah itu berhamburan menjemput satu persatu para teman dalam malam disepanjang jalan mereka tertawa menertawakan diri yang berduka mereka lupa setibanya mereka meredup merenung akan hidup dalam luruh

KUTEMPUH

hingga dalam lelap ku terlarut hingga dalam larut ku terjerat debudebu yang menjejal begitu menggumpal hingga tebal dan aku terjejal tak lagi bisa bengal kegulitaan menjadi kian suram mengubur diriku dalam suam buta buta dan buta hingga terlangkah pada curam lalu, ketika mata lengah sadarku memuncah aku, telah melangkah

RSCC

Satu harapku kini telah ku gapai Setelah lelah bertarung Melawan ego dan angkuhku Semoga kelak, ini akan seindah nada dawai Kini sepiku terobati Bersama sosok berpribadi Kuharap ia akan terus terpatri RSCC, 130109

RENCANA

Derit terompet, sorakan ramai Hempaskan kelu ku yang kian membatu Jelmakan malam menjadi sebuah keriangan Di bumi batik yang riuh Riuh, gaduh malam ini Seakan masih baru kemarin Ketika ku menancapkan teguh ku Hingga yakinku Di waktu yang kini, Aku begitu terhanyut Hingga bias melucuti khilafku Diwaktu yang kini, Aku harus berpijak

Perjuangan

Derap waktu kian lekat Memaksaku tuk berlari Mengejar tiap langkah yang tergesa Meninggalkan aku dalam larut Guratan di masa lalu Kujadikan cermin di esok Agar tak hanya menjadi wacana lugu Aku tak terjebak Karenanya ku kan menerobos Ku tak terlena Karenanya ku harus bergegas

Langkah

Kutelah menampung beban di pundakku Yang semoga, takkan sesali Dan di sepanjang perjalanan ku nanti Ku butuh pegangan memandu Agar rencana tak hanya jadi mimpi Telah kutentukan langkahku Demi sebuah awal yang kutuju Semoga, di setegas langkahku nanti Tak ada angkuh meninggi Atau ego melulu Jogja, November 2008

LOLONGAN ANJING PILU

Benci cinta, cinta dendam Benci hidup, cinta mati Bosan hidup, ingin mati Sekitar menjadi jauh Buat hati ingin lari Hati menangis orang tertawa Buat hati dendam pada semua Cinta benci, dendam cinta Hidup tak berarti, berarti tak hidup Lebih baik tak usah hidup Sekitar menertawakan tangisku Sekitar menciptakan pengap Dituduh, tertuduh Pasti ada penuduh Disangka, tersangka Pasti ada perkara Dituduh, dituding Pasti berakhir petaka 1997-1998

BANGKAI BUMIKU

Tak lama lagi bumi akan berlubang Akibat peledak ciptaan manusia Timah panas yang berdesing Serta tangan-tangan kelaparan yang mengais Jelajahi perut bumi demi perutnya Tak lama lagi perut bumi akan sesak Dipenuhi bangkai manusia Korban kezaliman perang, Mati kelaparan, Atau tertembus peluru Tak lama lagi, Sungai dan lautan akan begitu menjijikkan Beraroma darah dan nanah Mayat-mayat terpaung mengambang Tak lama lagi, bumi akan hancur Ulah manusia yang haus kekuasaan Dunia akan sangat berdarah Saat nyawa tak lagi berharga Mungkin saat itulah Tuhan akan menghukum kita Dengan kuasa-Nya Juni 1999

BUNUH DIRI

Orang bilang, “manusia adalah penyebab kehancuran dunia” Padahal mereka juga manusia Dan aku termasuk di dalamnya

AKU (II)

Aku adalah sampah Binatang hina penuh noda Tak mengerti tata norma Bergelimang dosa Hingga serapah sekalipun, tak menebus hitamku Aku tuli pada perasaan orang Buta pada tangisan sahabat Lumpuh saat memapah Aku adalah seekor anjing jalanan Dengan tatap sendu kemunafikan Kuwujudkan semua hayalku

PREDICTED, EARLY

Aku tahu yang akan terjadi Tapi kebodohan menuntunku dengan setia Hingga aku terikat, erat Aku butuh hukuman Yang akan menjerakan otak kacauku Serasa membludak, sesakkan dada Lalu aku hanya tersenyum getir

SAJAK PENUTUP

Setiap awal pasti berakhir Perjumpaan pasti berujung perpisahan Dan di setiap hati Tersimpan kisah tersendiri Manis dan getir Senyum saat ini, canda keriangan ini Akan berbekas di esok Ketika setiap langkah, menapak mendaki waktu Takkan ada yang mampu menangkap esok Hanya kekuatan hati Yang mampu mengawetkan kenangan ini Lalu seiring gagahnya langkah waktu Satu persatu kenangan luruh runtuh Dan kelak, kerinduan akan kembali Pada hari ini, hari yang telah lalu

SETELAH PRAHARA

Gamang, Kegelisahan menerawang dan terus berjalan Tak kunjung hilang Hati berkata, “wahai, selesaikanlah yang telah kau mulai !” Lalu, konfrontasi akal dan hati berlanjut, “wahai, jernihkanlah yang telah kau perkeruh !” Kemudian, terbata ku melangkah Namun setelah prahara itu lusuh Kujadikan ia buah mata Lewat tangisan pena, kesedihan berlanjut Bergetarlah hatiku Ketika semerbak awan mengkabut Hitamkan lelapku, tak terjaga

RINDU CINTA

Kemarahanku berapi Saat puing kesalahan lampau Menghampiri sehamparan pandang Kerinduan akan kegemilangan silam Tertanam di rimbun usia Kawan, setiakanlah diriku Biarkan aku hidup

CERITA TAK BERWARNA

Anjing hitam bersarung hitam Berjalan gamang di lorong hitam Kelam waktu tak mendidik kehitamannya Ia bangga akan warnanya, dunianya Anjing hitam di jalanan hitam Gelap kelam di ujung malam Masih setia pada hitam hatinya Walam hitgam tapi peka Anjing hitam berlumur suram Masih pulas pada asa yang buram Silam yang kelam Tak mengekang liar hatinya Anjing hitam berwajah muram Terkhianat malam, sang inspirasi cinta Berjuang demi hati legam Yang kelam walau geram Dihadapan malam yang diam

CINTA YANG MANA

Ada cinta yang sempurna Ada cinta yang harus dibuat agar sempurna Ada cinta yang harus diperjuangkan Ada cinta yang harus dipertahankan Ada cinta yang harus diyakinkan Ada cinta yang harus ditegaskan Ada cinta yang harus dimengerti Ada cinta yang harus dicari Ada cinta yang harus diberi Ada cinta yang seharusnya membahagiakan Cinta manakah yang aku miliki Agar dapat terus mencintai Cinta mana yang ada padamu Agar kumengerti apa yang ada dihatimu

TAKBIR PARA PENDOSA

Allahuakbar walaailaahailallah huwalillaa ilhamd Diluar sana suara membahana Mengucilkan aku yang lapuk diterasingan Takbir, tahlil, tahmid Menjadi alunan haru Yang mengantar diri dalam sepi Allahuakbar Kekerdilanku begitu angkuh Walaailahailallah Khilafku telah mendustakanmu Walillaailhamd Begitu sempurna diri-Mu, dengan segala keagungan-Mu

MEMBINGUNGKAN

Kabarkanlah padaku Sebab aku mencintaimu Walau kadang hati berlumur kesal Sikapmu yang membingungkan Menantangku menaklukkannya Tapi, menguras sabarku Sanggupkah aku