Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2009

BUNGA YANG TERPETIK

tetes peluh, tetes darah sematkan janji pada langkah tertancap jauh sesalkan cara air mata yang teralir hadirkan mimpi yang kelam janji yang terucap tak mampu tenangkan lara pun ciptakan damai nanti, ketika regam jari tak lagi kosong lihatlah hadir ku bergerombong sunggingkan senyum nyalakan lorong lorong

SENANDUNG PANTAI CEMARA

kuhirup udara segar kerinduan bersama dengan iringan kesejukan debur ombak, buih putih berlomba mengiring sepi kepiting-kepiting kecil hatiku barmain, menggodaku menggapainya sayang, mentari masih bersembunyi di balik awan hanya pasir pantai yang menguning sekuning temaramnya hatiku aku rindu pada cinta

SETAJAM RUMPUT ILALANG

hanya senyum getir yang bisa kuukir saat sadar kau jauh dariku segerah musafir di padang pasir ku haus akan senyuman cintamu sehijau rimbun daun ku ingin berteduh dalam sejuk sayangmu setajam rumput ilalang kata-katamu mengoyak hatiku tapi, ada kebenaran disana

KISAH SI LILIN

perlahan ia meleleh melebur habis tubuh lunaknya tak pudarkan cahaya temaram ia terus menyinariku walau tak kenal siapa diriku ia korbankan dirinya walau tahu, ia akan mati gerakan gemulai si api kecil terus menerangiku temani jiwaku yang mati

NYANYIAN PENGUNGSI

berhimpitan, berdesakan tidur beralas plastik beratap terpal berbaur bersama penyakit mengapa mesti kami yang jadi korban meninggalkan tanah moyang kami mengapa kampung kami berkepul asap membakar angan, citacita dan harap milik kami, anak cucu kami hentikanlah kekerasan hati kalian siramkan sejuknya kedamaian hembuskan hangat napas cinta kami rindu rumah, kami mendambakan kedamaian

DINGINNYA KAMU

muncul pertanyaan baru untukku saat kau kembali mengisi jiwaku menimba getir tiap isi hatiku kau yang kini, masih seperti dulu bergerak bebas kemana kau suka lakumu layaknya yang kau mau kadang kumerasa kau mengerti aku namun kadang kau menjauh dapatkah aku merangkulmu

...

Ketika tragedi silih berganti menghampiri, saling tumpah tindih. Kesal, amarah, berkecamuk tak menentu, dan akhirnya meluap tak terarah. Dan pada ketika itu juga rasa curiga timbul mencari kambing hitam, akar segala permasalahan. Dalam waktu yang bersamaan pula, kau merasa segala yang terjadi adalah skenario mereka-mereka yang menjadi musuh dalam selimut. Ketika tragedi terjadi akibat dari sebuah skenario, kau merasa menjalani dunia hampa penuh rintangan sendirian. Mengepal genggaman tangan, kibarkan api dendam pada semua yang ada disekitarmu. Bahwa dunia adalah musuhmu, bahwa kesendirian dan kesepian adalah temanmu. Ketika mereka menertawakan tragedi yang menimpamu, secara tak kuasa kau tersenyum pahit, memaksakan kebesaran hati. Mereka belum merasakan pahitnya tragedi.Sesuatu itu akan menjadi tragedi bagi yang dekat, dan komedi bagi yang jauh. Ketika itulah orang yang menertawakan tragedimu, atau berpura-pura menangisi tragedimu adalah musuhmu. Bahwa kesendiria

LADANG CINTA

kau menebar cinta di hatiku sebegitu indahnya hingga ku melayang kau ciptakan warna didiriku yang sejatinya remang dalam larutku, sesekali ku terhenyak pada kenyataan bahwa ketakutanku akan kehilangan dalam riangku, sesekali ku terdiam menyadari kekelaman yang mungkin datang namun dalam sedihku, ku tersenyum memeluk kebahagian yang kau siram

SAAT YANG TEPAT

ku kian terlena pada keriangan yang kuyakin, hanya sementara dan ku larut dan terlupa di tiap detik yang kulalui sesungguhnya ku telah menyiakan segala mulai dari kesempatan hingga lompatan sedang aku masih terlena dalam benakku, ku masih menunggu saat yang tepat waktu yang tepat tempat yang tepat padahal ini hanyalah kemalasan yang membelenggu