Postingan

Menampilkan postingan dari 2008

BUNGA YANG TERPETIK

tetes peluh, tetes darah sematkan janji pada langkah tertancap jauh sesalkan cara air mata yang teralir hadirkan mimpi yang kelam janji yang terucap tak mampu tenangkan lara pun ciptakan damai nanti, ketika regam jari tak lagi kosong lihatlah hadir ku bergerombong sunggingkan senyum nyalakan lorong lorong

SATU DIANTARANYA

Saat kau berdiri Diantara dua gerbang cinta Yang membelai dan terus membuai Layangkan hayalmu akan bahagia Saat kau harus memilih Satu butir cinta saja Yang akan membaluri jiwa Saat hatimu kacau Antara keluguan dan kepolosan Atau keangkuhan dan ego yang menantang Mana yang akan kau pilih?

JERITAN TANGIS KAMI

Campaklah aku Dalam kenistaan yang kejam Jangan terus kau siksa aku Dengan derita bahasa dunia Jeritan menyayat saudara-saudaraku Apa yang membuatmu tersenyum Ketika linangan air mataku, Mengantar kepergian orang-orang yang dicintai Mengapa kau tertawa Saat darah kami Membanjiri bumi lugu tak berdosa Hentikanlah, kumohon Kami telah lelah menangis Kami telah parau berteriak hentikanlah

MENJADI KUPU-KUPU

Populasiku kini terancam Bukan karena perang Tapi karena lapar Yaitu, gugurnya dedaunan Dan rubuhnya pepohonan Ulah para manusia Mungkin nanti, Setelah menjadi kupu-kupu Aku dapat bertahan Dengan hinggap di bunga-bunga uang mereka Para manusia

PESIMIS

Hari-hari yang membosankan Tanpa ada rasa berkesan Hari setelah hari kacau itu Semakin kacau bagiku Walau seolah tenang Kulalui hari ini, kemarin, dan (mungkin) esok Layaknya mayat hidup Tak ada tawa maupun airmata bagiku Semuanya sama Semoga Tuhan mengakhiri Hari-hari semu ku Bersama dengan hidup jenuhku

SENGKETA DUKA

Menangislah bangsaku Lepaskan amarahmu Ketika pejabat kita tengah lalai pada harta Jerit kita tak ada yang mendengar Mereka lalai dengan kursinya Maka, tampar mereka dengan deritamu Bakar mereka dengan dompet kosongmu Lalu, ketika mereka datang padamu Membawa suka cita semu Berbungkus janji penuh harap Padahal topeng Penutup wajah busuk mereka Maka, tampar mereka dengan panci kosongmu Bakar mereka dengan serapahmu Dan ketika mereka menebar simpati Bertanya keluh kesahmu Maka, tikam mereka dengan tombak kepicikan mereka Bangsaku, Kita masih harus terus menangis Hingga nanti, ketika moral kita Tak hanya sebatas kurikulum buta

SURAT RINDU BUAT CINTA

(Tanpa Kata Maaf) Hai gadis Telah berapa lama kita terpisah Bagiku, cukup lama Hai cinta Bagaimana harimu disana Disini aku tersiksa Bukan hanya karena rindu padamu Tapi juga karena kau tak hadir Saat ku butuh Hai sayang Mengapa tak pernah ada kabar darimu Disini cintaku terbakar Rinduku terpanggang menjadi benci Ayolah, kabari aku Sebelum aku membencimu Mungkin kali ini Tanpa kata maaf

RINDUKU

Lama tak kusentuh pena ini Ketika emosi yang biasa kugores lewat tinta Beralih pada tuts computer Keduanya memuaskanku Keduanya setia Tapi, saat tinta mengalir Segala rasa dihati ikut mencair Mengalir menenangkan batinku

PERNYATAAN DARI LUBUK HATI

Mungkin diwaktu yang lalu Aku yang telah berbahagia Dengan melukai hatimu Dan aku tak menyadarinya Dan mungkin kini Kau yang berbahagia Dengan melukai hatiku Dan aku menyadarinya Dan aku menerimanya Tapi, akankah ada waktu Ketika kita yang berbahagia Tanpa harus ada yang terluka Dan kita menyadarinya Dan kita menikmatinya

RAMALAN KACAU

Bila suatu waktu Galau hati menjebakku Takkan ada yang mampu selamatkan aku dari segala hanya diri yang tersemat dalam untaian

FOR HEART

Just like the rain It came and gone Nothing can stop it Nothing remain When this feeling came to my heart I can’t stop it or know when it’s over But I know this is hurt This feeling, maybe something that called love But just like the air I can’t see it

LINGKARAN-LINGKARAN KUSUT

Lingkaran-lingkaran kusut, Mengisi otak kecilku Lumpuhkan akal sehatku Lingkaran-lingkaran kusut Menyelimuti sanubari Hingga hitam kelam dunia menyibak jiwa Lingkaran-lingkaran kusut itu… Kumohon,rapikan Aku tak mampu membenahi beban ini

MAKNA CINTA

Cinta adalah rasa Yang datang tak terduga Yang takkan pernah hilang Selalu lekat Abadi Cinta adalah rasa Yang kadang membawa kebahagiaan Tapi juga menggendong kesedihan Cinta adalah rasa Yang member kekuatan tanpa batas Yang melahirkan kekuatan Memelihara kekuatan Tapi juga menjadi kelemahan terlemah Cinta adalah alasan Mengapa manusia lahir Manusia hidup Tapi juga sanggup membunuh Cinta adalah rasa Yang takkan cukup dilukiskan lewat kata Penuh misteri Dan bila ada rasa yang seperti ini Tapi tak butuh balasan, Itu bukan cinta

KISAH BULAN

Seiring detik yang berdetak Menyusun derap lingkaran hari Hingga tercipta bait-bait waktu Bulan merajut sepi Memadu kasih pada mentari Mencoba menerangi malam Walau redup Namun ia masih sendiri Bintang yang angkuh Enggan menemani Waktu terus bergulir Menempa sang takdir Bulan terus hadir Dalam malam-malam temaram Tak mengukur asa yang terukir

AKU (III)

Aku adalah jiwa yang lepas Tak terikat Aku adalah jiwa yang bebas Tak terjajah Tapi hatiku polos Tak dendam pada kebodohan Tapi akalku sehat Tak terinfeksi kasih saying Aku berjiwa besar Sebesar angkuhku yang menggunung Aku berlapang dada Seluas dengki yang kupendam Aku adalah aku Terdiri dari rasa dan jiwa Yang tersusun dari hati dan akal Aku berwujud laksana diriku Bebal pada keriangan Aku adalah aku Dengan sejuta jiwa Aku tak bangga ku Tapi aku tak terkekang!

CERITA LAMA

Ini seperti kisah lalu Yang kembali mengitariku Kisah lama yang penuh air mata Tingkahnya seperti yang dulu Malah, lebih membingungkan Tapi didirinya Terpancar kasih yang ku butuh Namun, bila gundah selalu hadir Dapatkah aku bertahan Tuk memeluk hatinya

NASEHAT

Reguklah sedapatmu, kata sahabatku Saatku kehausan Ambillah sesukamu, kata sahabatku Saat ku berkeinginan Tapi, ketika kuhirup udara Ia menepuk pundakku dan berkata jangan kawan, itu racun dari pekat nafsu dan gelapnya mata lalu ia meninggalkanku meratapi yang terkhilaf 16 Maret 2006

BUNTU

Ketika gemuruh begitu dasyat Memadati hati hingga sesak Ketika kata tak mampu melukisnya Akankah galau itu sirna? 16 Maret 2006

LARUT DALAM DOSA

Dalam sujudku, ku memohon pada-Mu Karena yang ku tahu, Kau lah yang mampu Baik dera maupun suka Dalam luruhku, ku teringat pada-Mu Karena yang ku tahu, hanya Kau tempat mengadu Baik siang maupun malam Namun dalam larutku Ku terlupa keagungan-Mu Terlena dalam tawa Akankah ku terus larut dalam dosa 2008

PERANGKAP HATI

Jerat-jerat Siapakah yang lalai Hingga keterasingan menjadi kebuntuan yang lumrah

IRONI YANG KEMBALI

I. Debar jantung, lenguh napas Menyertai gugupku Dalam kekakuan mendengar suara Hening Beku dalam rasaku Lalu buntu oleh angkuhku Tak mampu menggaris Bahwa masih ada cinta sebesar benci Bahwa masih ada harap tuk kembali II. Mengapa buntu? Bila lajur hidup bukan olehku Masih tersirat rindu Membungkus hati dalam dingin Beku dilidah Tak mampu pecahkan cermin kenyataan 23 Desember 2005

INFLUENZA HATI

Gulir gulir Tegaknya hari begitu meninggi Tak lagi suam, tak lagi bara Tak lagi jeda, apalagi reda Gerak gerak Begitu pilu ratapi dera Keruh perih Tak perlu dikisah Tak ada lagi suka bila berduka Dalam Sakit Layu dalam harap Asa tak sampai

SETELAH ITU

Begitu banyak kisah terkumpul Mewakili tiap rencana di esok Tawa, tangis, haru Menjadi duta ekspresi Begitu banyak wacana tercipta (atau mungkin dicipta) Menjadi rangkaian episode di esok hati lalai Hati lupa Akan memperingati atau diperingati Kejadian silam yang suram 12 Desember 2005

MASIH

Ada jiwa yang tak kunjung bangkit Ketika mentari telah bergegas pulang Ada jiwa yang tak kunjung rebah Ketika bulan telah meninggikan malam Kenapa? Ada derap yang tak kunjung henti Walau telah tiba dikebuntuan Ada diam yang enggan beranjak Walau nadi masih belum beku Lalu, kenapa? Apakah sesuatu harus semestinya Mengapa sesuatu harus seharusnya Padahal segalanya nyata Walau tak semestinya Tak seharusnya 8 September 2005

JEBAKAN

Mengapa mesti bertahan Jika memang hati tak terlibat Mengapa mesti memeluk erat Bila memang ada pengganti Mengapa mesti terjebak Bila hati memang telah beku

LAGU BUNTU

Aku akan pergi Mengejar matahari Hilangkan kehampaan hati Biarkan aku pergi Jangan halangi Jangan lukai Bila nanti Sinar hampa dihati datang lagi Aku akan terus berlari Menuju kaki langit 30 Oktober 2005 0246

KISAH PERANTAUAN

Ia telah lama berjalan Mulai dari mencari hingga berlari Begitu banyak aral direntasnya Ajarkan ia tentang hidup Untuk hidup Ia berbelok hingga terusir Lalu megantar diri pada yang asing Jalani hidup yang tanpa esok Lalu larut dalam lalai Hingga terbuai Tak ada kemarin tentangnya Esok tentangnya pun kabur Ia hanya terus berjalan Dengan senyum candanya Menutupi kusam nasibnya Wahai perantau, Janganlah lalai Janganlah tersesat 30 Oktober 2005 0240

TERKURUNG SEPI

Masih rintik di luar sana Tak kunjung henti walau jenuh Mengurungku di kesendirian yang sepi Tak reda juga di luar sana Sibuk membasahi yang mestinya cukup Memikatku di dinginnya kekeluan Tak cerah juga di luar sana Seperti enggan merelakan aku Membalur diri dengan bekunya batin 17 Oktober 2005 1105

TEMPATKU

Disinilah tempatku Disupaknya kenyamanan yang diwariskan Dikelilingi sejuknya biru Dan dipayungi sucinya putih Disinilah aku Tak perlu bertanya dimana aku Aku masih disini Diantara alunan pedih, suka, amarah Bersama bara yang menemaniku Selalu Jangan usik aku Biarkan aku terendap hingga larut Dikelilingi waktu Bersama bumi yang kurangkum 17 Oktober 2005 1059

BUKAN KARENA

Aku hanya bisa menatap hampa Sosok indah tak tersentuh Demi sedikit melipur lara Bukan karena ia berlari Hanya hatiku yang bersembunyi dari emosi Agar tak ada kisah lama yang hadir Kemudian, ada yang tersakiti Aku hanya bisa menahan senyum Saat bibir manis menyapa Tak luluh hati untuk beramah Bukan karena ia kubenci Atau tiada simpati Agar tiada rasa yang lahir Kemudian, ada yang tersakiti

YANG TAK DAPAT KUMENGERTI

Setiap lekuk hati tersembunyi Tak teraba misterinya Meski menggenggam kusam jiwa Tetap tak bisa kumengerti Saat bergelimang tawa Dekap berubah duka Saat terpenjara kelam Sebait masa menghakimiku Mengukungku 20 Januari 2005 2155

SAHABAT YANG HILANG

Ia adalah sosok payung bagiku Hadir disaat terik maupun hujan Ia mengayomi sejak bertahun lalu Ia yang sekarang entah dimana Mungkin sedang meratap nasib Ia yang entah kabarnya Mungkin sedang berduka hati Teman, Maafkan aku yang tak tahu rimbamu Izinkan aku ikut merangkul dukamu 8 Januari 2005

WAJAH YANG TERMENUNG DI BERANDA TAHUN BARU

Raut acehku begitu suram Ia cemberut, mengukir kerutan dikening buminya Gambarkan ia kelam Tampak menua Samarkan parasnya yang bergelimang keindahan Ia menopang dagunya Dengan segala guratan ditubuhnya Ia terluka Ia yang konon megah berlimpah harta Terus dirudung duka Ia jarang tersenyum Bahkan demi getir

CERITA CINTA

Ia begitu mempesona Senyumnya mampu mengusir lelah dan perih ku Langkahnya meninggalkan jejak dipuing hatiku Ia begitu suci Tubuh dan jiwanya diselimuti cahaya Ku tergoda tuk jatuh hati Ia begitu anggun Gemulai riaknya membelai jiwaku Yang kering, haus akan cinta 26 Januari 2005

KOSONG

Remuk jiwa tak tersandar Mengais kasih terhanyut Remuk,hanyut Rapuh,hilang Ode berlanjut duka Iramakan nestapa Jarak terpencar, hati terpisah 8 Januari 2005

LIRIH BERBISIK LEWAT KATA

Jiwaku kosong Hatiku hampa Tatap menerawang Pada dunia, aku bercerita Lirih berbisik, lewat kata Resahku meraja Jiwaku gamang Hayalku terbang Pada kalbu ku mengadu Lirih berbisik, lewat kata 8 Januari 2005

MULUT-MULUT

Mulut-mulut melahap dikotaku Mulut yang lapar mengais berebutan Mencari demi sekedar mengisi perut Mulut yang rakus Megobrak-abrik menjarah Demi puaskan hati beringas Mulut yang sedih Menangis meratapi perih Demi lepaskan pilu hati Mulut-mulut tajam Membual sebarkan cemas Meneror dan menyayat telinga Sedang mulut yang kaku Diam Menutup mata dan telinga Acuh pada bumi yang menjerit

KISAH DIBALIK SENYUM

Secarik senyum Mengembuni hati gersang Menjadi selimut jiwa yang kaku Seberkas tatap mata Damaikan keruh akal Teduhkan raga, yang lelah berpetualang Ketika kudekati Ia berlari menjauh Selayak mutiara yang tak tersentuh Kuingin ia memilihku 27 januari 2005

MALAM SUYI YANG PANJANG

Memar di hatiku masih lebam Kurudung caci pada nestapa Keriuhan yang dulu kubenci Menjadi lambang yang kurindu Sunyi sepi yang kudamba Menjelma dingin yang mencekam 31 Desember 2004

DOA SI PENDOSA

Begitu hebat diri-Mu Tak terhitung berapa kisah tentang kuasa-Mu Lalu, mengapa tak Kau rengkuh aku, si pendosa Dengan kuasa Mu Mengapa tak Kau akhiri saja aku, si pendosa Yang tak kunjung sujud pada Mu Tidak, bukan hanya lirih aku telah lelah menjerit rindukan damai hati janji Mu akan mendamaikan hati mereka yang khusuk pada-Mu lantas, aku? Pintaku Segeralah akhiri deraku Kau lah sang Maha Tahu Kau lah sang Maha Kuasa Berikanlah yang terbaik buatku, si pendosa 31 Januari 2004

SETELAH SENJA MENJAUH

Sepiku kelamku Resahku diamku Cemaskan fanaku Diamku bersama sunyiku Menatap kosong gemulai cahaya Yang lembut berpeluh Diamku memanjang sepanjang untaian Tentang cerita lalu Dan hari yang kini Sepiku kelamku Resahku diamku Cemasku jeraku Diamku bersama fanaku Hampa ruang benak Bersandar pada nanar esok Berjuta sunyi yang kubeli Hanya berisi malam galau Kubelai hangat cahaya itu Ia membakarku 31 Desember 2004

PESONANYA

Ia mengunci bibirku Membekukan lidahku Kaku Begitu terpesona ku padanya Di tiap desir napasnya Di tiap denyut nadinya Takjub padanya Ia tak tergapai Tak tersentuh Luruh ku di hadapnya 31 Januari 2005 0053

SAAT BERPAPASAN DENGAN-NYA

Bertekuk lutut, pasrah Takluk pada mutlak-Nya Menantang, angkuh Mengejar ketakpastian Tertunduk, malu Betapa kerdil di hadapan-Nya 2 Februari 2005 2318

AIR MATA PENGHUJUNG

Malam, tengah malam Ketika semua telah larut dalam lelap Ketika para binatang malam tengah terpekur Pada ranum cahaya bulan Malam, jiwa-jiwa yang resah Sepenggal kenangan akan beranjak Di esok yang tak terlupa Tangis, merangkul di sayup malam Sisakan rasa yang tak terhapus Mengumandangkan pinta pada-Nya Berharap hati luluh dibanjiri iman Tangis, mengantar di ujung malam Memenggal malam hingga terpisah Bersimpuh ampun pada-Nya Dan berharap segera menghadap-Nya 8 Februari 2005 0028

HISTERIA ACEHKU

Tangisan semalam ternyata barus isakan Belum jerit tangis yang memutuskan pita suara Saat hati berdebu kelam Terperosok pada luka-luka menyayat Rumor-rumor kosong Menghancurkan kedamaian Kepanikan kembali meneror Penyakit mewabah di negriku Dengki, menjadi duta wajah negriku Tak tercermin duka dari wajah yang culas Kesuraman jiwa yang terlekat sedih Sibuk mengubris evakuasi maya Ketakutan menjadi selimut malam Lalu, kubenamkan hayal busukku hari ini Semoga tak tergetar di esokku yang panjang 31 Desember 2004