Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2013

BUNGA YANG TERPETIK

tetes peluh, tetes darah sematkan janji pada langkah tertancap jauh sesalkan cara air mata yang teralir hadirkan mimpi yang kelam janji yang terucap tak mampu tenangkan lara pun ciptakan damai nanti, ketika regam jari tak lagi kosong lihatlah hadir ku bergerombong sunggingkan senyum nyalakan lorong lorong

MEMBATUKAN NIAT

mengais dan berlari menjejal jarak teriris pada aral agar limbung langkah cukup berperi hinggap di serimbunnya pagi ketika jejak berkisar pergi telah lelah, telah lelap sekelebat menyapa pada harap menangkap, dan kemudian menghunus terjal segala telah siap hembuskan ingin hanya sekejap batukannya tak kunjung beratap

WHISPERER

this heart has return from its journey wildly explored the good and worse learn to understand, demand to be understood as the storm when it should i spread my wish into the cloud knowing this agony needs you as company

MENUJU AKHIR

jalan itu tak kunjung hadir  walau hanya demi mengantarkan aku melambung mu, hingga terpikat kebimbangan dan ketakutan begitu menggerogoti sesakkan hati yang menunggu mu ketakmampuanku mengartikan bahasa mu membuat ku jeda dan bertanya jawaban apa yang kau bawa? hitam mu yang kini jingga, sungguhkan diri menjeritkan rasa kumohon, izinkan aku mengakhiri perjalanan ku biarkan ke membatu dihati mu hingga akhir

WAKTU, LAKON, FAKTA: SEJARAH FIKSI ALA KITA

Perlahan,waktu semakin menjadi pikun. Membelokkan fakta dari nyata. Apalagi dengan kehampaan pelaku waktu. Kemudian, mereka yang tersisih oleh cerita hanya bisa memekik, mereka yang terbuang oleh cerita pun terperangah, bahkan mereka yang tersulap oleh cerita juga menganga. Sedangkan mereka yang bercerita, tentang betapa leganya cerita mereka itu, menari-nari dalam fakta rekayasa. Tak perlu mendulang kebenaran yang terkubur itu. Tak ada legitimasi pada kehakikiannya. Setiap lakon mempersembahkan sejarah lewat kisahnya sendiri. Meleburkan antara imajinasi dan segelintir fakta. Agar memperhalus cerita, kilah mereka. Kemudian segala bukti sejarah itu pun tiba-tiba lahir dan membaui logika. Mempertanyakan mana yang fakta. Bahkan untaian cerita yang terlompat atau terhapus, lupa dipertanyakan. Tatkala lakon berganti, cerita pun berubah. Selaku sinema-sinema picisan penghambur kesemuan. Fakta bergulir tergelincir, hingga ke jurang fiksi. Alur kisah tak lagi hanya berbelok, malah berubah