Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

BUNGA YANG TERPETIK

tetes peluh, tetes darah sematkan janji pada langkah tertancap jauh sesalkan cara air mata yang teralir hadirkan mimpi yang kelam janji yang terucap tak mampu tenangkan lara pun ciptakan damai nanti, ketika regam jari tak lagi kosong lihatlah hadir ku bergerombong sunggingkan senyum nyalakan lorong lorong

MENJEMPUT HATI YANG BUKAN MILIK KU

Aku tiba, menembus segala rintang yang membentang ku.Aku tiba. Disegenap langkah perjalanan ku, episode-episode rencana dan bayangan yang ingin ku ukir bersama mu menjadi pengusir sepi. Bahkan menjadi vitamin yang menguatkan pijakan kaki ku. Lalu, dengan bangga dan penuh harapan aku menghujamkan kaki ku, dan berkata "Aku tiba.." Sambut pelukmu, seperti yang kuharap. Sambut senyum mu, seperti yang ada dalam bayang imaji ku. Bahkan hampir di tiap gerak mu, selayaknya apa yang ku bayangkan sebelumnya. Semua meninggikan ku, terbangkan aku dalam hayal yang tak semestinya. Hingga ku lupa, sakitnya bila aku jatuh nanti. Sejenak kemudian, kenyataan menamparku. Menyadarkan aku betapa segalanya tak seperti harapanku. Langkahnu semakin jauh, tak mampu ku kejar. Bahasamu semakin kelu, tak mampu ku dengar. Namun yang ku tahu, kau mengabaikan ku. Kau membiarkan aku berlari mengejar langkah mu yang kian menghindariku. Tiap bahasa kasih yang ku terjemahkan pada mu, hanya kau lukis sebaga

RENDAH TERTATIH

belenggu itu mungkin hanya mengikat coba membatasi jarak agar tak mendekat hingga tiap mata memandang erat diri tercambuk oleh jerat menunjukkan bahwa segala beban itu adalah duka bahwa duka itu berujung nestapa

PECUNDANG

keindahanmu membodohiku buntukan logikaku ku tak berani memilikimu, kau terlalu indah biarlah segala rasa menjadi rahasia lalu mati bersama ku, bersama waktu dan kelak, kau akan mengerti betapa tak ada yang bisa mencintaimu seperti aku

TENTANG MU, UNTUK MU

semua dari awal mula selalu sesuatu tentang mu tentang keindahan mu tentang hari mu yang ingin kuindahkan segala kenaifan ku yang tercipta padamu karena mu jendelakan betapa segala tentang mu bagiku entah hingga saat kau mengerti bahwa bagiku, segalanya tentang mu dirimu yang ingin kunyanyikan let the love still being a secret

SEGALA RASA TENTANG APA YANG ADA

Kegudahan mungkin adalah sebuah fakta nyata yang wajar. Wajar? Ya, setidaknya buatku. Nyata? Ya, karena sesuatu yang terjadi dan kemudian mengakibatkan sesuatu adalah hal yang nyata. Fakta? Mungkin, karena hingga kini ku sulit membedakan antara fakta dan kebohongan. Entah telah berapa helaan nafas sudah ku telah menipu diri. Merelakan aku yang selama ini begitu aku terlena pada kebohongan yang kuciptakan sendiri. Kebohongan itu mungkin reaksi ku pada diri, situasi dan kondisi. Kondisi yang kuciptakan sendiri, situasi yang kulibatkan diri di dalamnya, diri yang terbodoh. Tak ku lepaskan tiap kesemrautan yang ku ciptakan. Semuanya ku simpan dan ku jaga. Seolah-olah ia adalah harta karun emas buatku, dan hanya bagiku. Bahkan ku menanamnya, agar tumbuh menjadi kemelut-kemelut baru. Lalu ku bangga tersesat di dalamnya. Kemelut yang nyata bagiku adalah aku hidup, aku ada, aku nyata. Begitu nyata, hingga berhasil menampar setiap keindahan. Sangat ada, hingga mampu menundukkan kebenaran. B

REDUP

sayu hari hanya emosi tentang keramaian yaitu, ketika diam membahasakan seribu arti ketika senyum hanya mengantarkan kata bahwa diam itu gundah [ku tak mau ke-labil-an emosi ku merugikan mereka yang menyayangiku]

SURAT CINTA UNTUK MAMA

(Di Akhir Kisahku ) assalamu'alaikum ma, ku tinggikan doa untuk mu demi terus mendapat curahan kasih mu apa kabar ma? ku hamburkan doa untuk mu agar terus mendengar suara lembut mu maaf ma, anak mu belum bisa meneriakkan kabar gembira pada mu aku masih terjejal diantara ruang dan perjuangan tak sedikitpun ku ingin melihat mu tersedih pun tersusah oleh belum ku doakan ma, seperti doa mu yang telah selalu agar langkah ku terujung bahagia agar ku bisa meyiarkan kabar gembira untuk mu assalamu'alaikum ma, ku tinggikan doa untuk mu agar aku terus bertabur doa dari mu hingga ku kembali melihat senyum mu luv u, ma..

DI SENANDUNG MENDUNG

romantisme sore ini hanya menjanjikan sepi pada jelalatan mata yang lapar atau bagi mereka berhati beku tidak bagi kumuhnya senyuman tidak untuk dikumandangkan hanya bagi sunyi rinai air yang menitik itu bernyanyi nyanyikan sepi

SANG PERKASA

wahai kau sang perkasa ini bukan ranahmu biarkan kami berteriak serakkan isi hati kami tanpa senjatamu tak perlu pelurumu yang berdesing wahai kau, yang mengaku sang adi kuasa ini harta kami bukan emas hitammu tak perlu bersandiwara demi ini kami masih bisa bersuara tak perlu tipu daya itu darah saudara-saudara kami yang kau genang jejalkan tubuh-tubuh syahid bergelimang kerakusan mu membludak hiraukan kami yang muak pray for Libyan and all Muslims who have been killed by American's greed

MENYEDUH HARI

seberapa matangkah hari ini kau gulir apa perlu kau didihkan lagi rasa itu lalu menyeduhnya pada hari

BERTARUNG DENGAN BUNTU DEMI SEMU YANG BEKU DI DIDIRIKU

Detik terus berdetak, jenjangkan antara aku dan waktu. Lalu aku yang beku dalam keterasingan masih terlena di kesendirian. Tak jelang walau larut. Semua langkah yang ku jejal hanya demi buntu. Langkah lunglai masih menuju sebuah kepastian semu. Buntu. Kesia-siaan, tak ada yang sia-sia demi buntu ku. Waktu yang ku percumakan telah bertudung dalam semu ku. Maka lihatlah jejakku. Buat apa menggerutu dan menyalahkan sekitar, dera yang tak bersela hanya tujuan. Serba tertangkup, serba tertutup. Lalu menyerah pada buntu. Aku telah melangkah dan menggerakkan hatiku. Namun semua hanya berakhir pada keterasingan. Situasi yang ku cipta demi menemukan pertanyaan dari jawaban yang telah kurangkai. Jawaban yang hadir di keberadaan dan hadirku. Maka bacalah nafasku. Tak perlu bertanya lagi. Segenap relung yang menatap hanya pupus. Liang belulang hanya mengikuti jejak napas yang sengau. Parau meratapi kehidupan tak lagi ada. Pasrah, lalu membatu dalam beku. Ku urung niat tuk bertarung agar tanggu

JEDA DEMI JERA

senja hanya berkutat tak hanyut lalu reda walau sejenak meski berat