Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2008

BUNGA YANG TERPETIK

tetes peluh, tetes darah sematkan janji pada langkah tertancap jauh sesalkan cara air mata yang teralir hadirkan mimpi yang kelam janji yang terucap tak mampu tenangkan lara pun ciptakan damai nanti, ketika regam jari tak lagi kosong lihatlah hadir ku bergerombong sunggingkan senyum nyalakan lorong lorong

LAGU BUNTU

Aku akan pergi Mengejar matahari Hilangkan kehampaan hati Biarkan aku pergi Jangan halangi Jangan lukai Bila nanti Sinar hampa dihati datang lagi Aku akan terus berlari Menuju kaki langit 30 Oktober 2005 0246

KISAH PERANTAUAN

Ia telah lama berjalan Mulai dari mencari hingga berlari Begitu banyak aral direntasnya Ajarkan ia tentang hidup Untuk hidup Ia berbelok hingga terusir Lalu megantar diri pada yang asing Jalani hidup yang tanpa esok Lalu larut dalam lalai Hingga terbuai Tak ada kemarin tentangnya Esok tentangnya pun kabur Ia hanya terus berjalan Dengan senyum candanya Menutupi kusam nasibnya Wahai perantau, Janganlah lalai Janganlah tersesat 30 Oktober 2005 0240

TERKURUNG SEPI

Masih rintik di luar sana Tak kunjung henti walau jenuh Mengurungku di kesendirian yang sepi Tak reda juga di luar sana Sibuk membasahi yang mestinya cukup Memikatku di dinginnya kekeluan Tak cerah juga di luar sana Seperti enggan merelakan aku Membalur diri dengan bekunya batin 17 Oktober 2005 1105

TEMPATKU

Disinilah tempatku Disupaknya kenyamanan yang diwariskan Dikelilingi sejuknya biru Dan dipayungi sucinya putih Disinilah aku Tak perlu bertanya dimana aku Aku masih disini Diantara alunan pedih, suka, amarah Bersama bara yang menemaniku Selalu Jangan usik aku Biarkan aku terendap hingga larut Dikelilingi waktu Bersama bumi yang kurangkum 17 Oktober 2005 1059

BUKAN KARENA

Aku hanya bisa menatap hampa Sosok indah tak tersentuh Demi sedikit melipur lara Bukan karena ia berlari Hanya hatiku yang bersembunyi dari emosi Agar tak ada kisah lama yang hadir Kemudian, ada yang tersakiti Aku hanya bisa menahan senyum Saat bibir manis menyapa Tak luluh hati untuk beramah Bukan karena ia kubenci Atau tiada simpati Agar tiada rasa yang lahir Kemudian, ada yang tersakiti

YANG TAK DAPAT KUMENGERTI

Setiap lekuk hati tersembunyi Tak teraba misterinya Meski menggenggam kusam jiwa Tetap tak bisa kumengerti Saat bergelimang tawa Dekap berubah duka Saat terpenjara kelam Sebait masa menghakimiku Mengukungku 20 Januari 2005 2155

SAHABAT YANG HILANG

Ia adalah sosok payung bagiku Hadir disaat terik maupun hujan Ia mengayomi sejak bertahun lalu Ia yang sekarang entah dimana Mungkin sedang meratap nasib Ia yang entah kabarnya Mungkin sedang berduka hati Teman, Maafkan aku yang tak tahu rimbamu Izinkan aku ikut merangkul dukamu 8 Januari 2005

WAJAH YANG TERMENUNG DI BERANDA TAHUN BARU

Raut acehku begitu suram Ia cemberut, mengukir kerutan dikening buminya Gambarkan ia kelam Tampak menua Samarkan parasnya yang bergelimang keindahan Ia menopang dagunya Dengan segala guratan ditubuhnya Ia terluka Ia yang konon megah berlimpah harta Terus dirudung duka Ia jarang tersenyum Bahkan demi getir

CERITA CINTA

Ia begitu mempesona Senyumnya mampu mengusir lelah dan perih ku Langkahnya meninggalkan jejak dipuing hatiku Ia begitu suci Tubuh dan jiwanya diselimuti cahaya Ku tergoda tuk jatuh hati Ia begitu anggun Gemulai riaknya membelai jiwaku Yang kering, haus akan cinta 26 Januari 2005

KOSONG

Remuk jiwa tak tersandar Mengais kasih terhanyut Remuk,hanyut Rapuh,hilang Ode berlanjut duka Iramakan nestapa Jarak terpencar, hati terpisah 8 Januari 2005

LIRIH BERBISIK LEWAT KATA

Jiwaku kosong Hatiku hampa Tatap menerawang Pada dunia, aku bercerita Lirih berbisik, lewat kata Resahku meraja Jiwaku gamang Hayalku terbang Pada kalbu ku mengadu Lirih berbisik, lewat kata 8 Januari 2005

MULUT-MULUT

Mulut-mulut melahap dikotaku Mulut yang lapar mengais berebutan Mencari demi sekedar mengisi perut Mulut yang rakus Megobrak-abrik menjarah Demi puaskan hati beringas Mulut yang sedih Menangis meratapi perih Demi lepaskan pilu hati Mulut-mulut tajam Membual sebarkan cemas Meneror dan menyayat telinga Sedang mulut yang kaku Diam Menutup mata dan telinga Acuh pada bumi yang menjerit

KISAH DIBALIK SENYUM

Secarik senyum Mengembuni hati gersang Menjadi selimut jiwa yang kaku Seberkas tatap mata Damaikan keruh akal Teduhkan raga, yang lelah berpetualang Ketika kudekati Ia berlari menjauh Selayak mutiara yang tak tersentuh Kuingin ia memilihku 27 januari 2005

MALAM SUYI YANG PANJANG

Memar di hatiku masih lebam Kurudung caci pada nestapa Keriuhan yang dulu kubenci Menjadi lambang yang kurindu Sunyi sepi yang kudamba Menjelma dingin yang mencekam 31 Desember 2004