BUNGA YANG TERPETIK

tetes peluh, tetes darah sematkan janji pada langkah tertancap jauh sesalkan cara air mata yang teralir hadirkan mimpi yang kelam janji yang terucap tak mampu tenangkan lara pun ciptakan damai nanti, ketika regam jari tak lagi kosong lihatlah hadir ku bergerombong sunggingkan senyum nyalakan lorong lorong

WAKTU, LAKON, FAKTA: SEJARAH FIKSI ALA KITA

Perlahan,waktu semakin menjadi pikun. Membelokkan fakta dari nyata. Apalagi dengan kehampaan pelaku waktu. Kemudian, mereka yang tersisih oleh cerita hanya bisa memekik, mereka yang terbuang oleh cerita pun terperangah, bahkan mereka yang tersulap oleh cerita juga menganga. Sedangkan mereka yang bercerita, tentang betapa leganya cerita mereka itu, menari-nari dalam fakta rekayasa. Tak perlu mendulang kebenaran yang terkubur itu. Tak ada legitimasi pada kehakikiannya. Setiap lakon mempersembahkan sejarah lewat kisahnya sendiri. Meleburkan antara imajinasi dan segelintir fakta. Agar memperhalus cerita, kilah mereka. Kemudian segala bukti sejarah itu pun tiba-tiba lahir dan membaui logika. Mempertanyakan mana yang fakta. Bahkan untaian cerita yang terlompat atau terhapus, lupa dipertanyakan. Tatkala lakon berganti, cerita pun berubah. Selaku sinema-sinema picisan penghambur kesemuan. Fakta bergulir tergelincir, hingga ke jurang fiksi. Alur kisah tak lagi hanya berbelok, malah berubah arah. Ketika para penerus lakon hanya melanjutkan cerita. Ketika sejarah semakin berbohong. Ketika tak ada lagi bukti kisah atau saksi sejarah, siapa yang bisa mempertanyakan fakta?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAJAK PENUTUP

LANGKAH (2)